Tidak satu karakter pun saya ubah, revisi, atau perbaiki. Saya tidak lebih baik dari siapa pun dalam hal apa pun.
Saya seorang penulis, dan saya kagum kepada orang Maiyah yang tulisannya berderet di buku ini.
Yang terutama saya kagumi yaitu sebab mereka menuliskan ini semua tanpa pretensi untuk menjadi penulis. Mereka menuliskan ini semua tidak dengan kesadaran atau pujian sebagai penulis.
Orang Maiyah bukan pengarang, bukan penulis.
Orang Maiyah yaitu orang hidup yang menghidupi kehidupan dengan tuntas menjalaninya, merenunginya, menghayatinya, menangisinya, dan menertawakannya. Tulisan hanya salah satu output tak sengaja dari laris perjalanan nilai mereka.
Dedengkot Kiai Kanjeng yang juga penasihat orang Maiyah, Toto Rahardjo, menyatakan dalam sebuah lembaga Maiyahan:
“Contoh salah satu kesalahan kurikulum pendidikan di negara kita yaitu pelajaran mengarang. Anak-anak dididik untuk mengarang, menuliskan karangan, menuangkan sesuatu yang dikarang, dan itu bukan kenyataan. Karangan tidak dituntut untuk berkaitan dengan orisinalitas pengalaman hidup. Maka memang sempurna jika kebanyakan penulis Indonesia digelari pengarang sebab pekerjaan mereka yaitu ngarang-ngarang. Sementara begitu melimpah kekayaan hidup manusia, masyarakat, dan bangsa yang tidak ditoleh dan diperhatikan oleh mereka untuk menjadi materi penulisan. Mereka bukan orang hidup. Mereka pengarang. Mereka bukan insan kenyataan, mereka penulis karangan.”
Detail Buku:
Judul: Orang MaiyahPenulis: Emha Ainun Nadjib
Penerbit: Bentang Pustaka - 2015
ISBN: 978-602-291-126-5
Jumlah Halaman: 109
Baca- Download: Google Drive
0 Comments