Karya-karya penyair yang dikenal dengan panggilan Jokpin ini menarik perhatian antara lain karena banyak menyajikan renungan yang intens mengenai tubuh. Dalam puisi-puisinya badan bisa berkembang menjadi menjadi banyak sekali meta- for yang memperlihatkan banyak sekali kemungkinan makna.
Seperti tampak kuat dalam buku ini, puisi Jokpin juga banyak berkisah mengenai hubungan manusia. “Joko melihat perilaku manusia melalui hubungan anak-ibu, anak-ayah, anak-ibu-ayah. Hubungan itu diangkat tidak semata dalam konteks psikologis dan hubungan darah. Ia memainkan banyak metafor untuk membolak-balik contoh kekerabatan itu. ... Ia bisa mengolah sudut pandang anak dengan permainan waktu yang memikat.” (Tempo, Edisi 7-13 Januari 2013)
Rindu menyerupai sajak sederhana yang tak ada matinya. (2003)
Setelah punya rumah, apa cita-citamu? Kecil saja: ingin hingga rumah ketika senja
biar saya dan senja sempat minum teh bersama di depan jendela. (2004)
Dengan kata lain, kau tak akan pernah bisa membayar gurumu. (2004)
Menggigil yakni menghafal rute menuju ibukota tubuhmu. (2005)
Berilah kami rejeki pada hari ini dan ampunilah kemiskinan kami. (2005)
Tubuhku kenangan yang sedang menyembuhkan lukanya sendiri. (2006)
Kita yakni cinta yang berjihad melawan trauma. (2010)
Tuhan yang merdu, terimalah kicau burung dalam kepalaku. (2012)
Pada matanya saya melihat kerlap-kerlip cahaya lampu kota kecil
menyerupai bisikan hati yang lembut memanggil. (2012)
Buku ini berisi 60 puisi pilihan Joko Pinurbo (Jokpin) yang ditulisnya
dalam rentang waktu 1991-2012. Jokpin dikenal dengan cara berpuisinya
yang unik. Puisi nya tampak sederhana, namun sarat makna; di sana-sini
mengandung humor dan ironi yang menyentuh absurditas hidup sehari-
hari. Membaca puisi-puisinya yakni memasuki tamasya rohani yang
mengasyikkan dan sering mengejutkan.
Detail Buku:
Judul: Baju Bulan - Seuntai Puisi PilihanPenulis: Joko Pinurbo
Url: http://jokpin.blogspot.co.id/
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-9470-5
Baca-Download: Google Drive
0 Comments