Canting, carat tembaga untuk membatik, bagi buruh-buruh batik menjadi nyawa. Setiap ketika terbaik dalam hidupnya, canting ditiup dengan napas dan perasaan. Tapi batik yang dibentuk dengan canting sekarang terbanting, alasannya ialah munculnya jenis printing??cetak. Kalau proses pembatikan lewat canting memerlukan waktu berbulan-bulan, jenis batik cetak ini cukup beberapa kejap saja. Canting, simbol budaya yang kalah, tersisih, dan melelahkan. Adalah Ni??sarjana farmasi, calon pengantin, putri Ngabean??yang mencoba menekuni, walau harus berhadapan dengan Pak Bei, ningrat berhidung mancung yang perkasa; Bu Bei, bekas buruh batik yang menjadi ibunya; serta kakak-kakaknya yang sukses. Canting, yang menjadi cap batik Ngabean, tak dapat bertahan lagi. "Menyadari budaya yang sakit ialah tidak dengan menjerit, tidak dengan mengibarkan bendera." Ni menjadi tidak Jawa, menjadi aeng??aneh, untuk dapat bertahan. Ni yang lahir ketika Ki Ageng Suryamentaram meninggal dunia, ialah generasi kedua, sehabis ayahnya, yang berani tidak Jawa.
Detail Buku :
Judul : Canting
Penulis : Arswendo Atmowiloto
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama Cetakan keempat: Juli 2013
376 hlm; 20 cm
ISBN: 978 - 979 - 22 - 9623 - 5
Baca or Download :
Google Drive Pasword : pustaka-indo.blogspot.com
0 Comments