Detail Buku:
Judul: Bepikir Seperti Nabi
Penulis: Fauz Noor
Penerbit: Pustaka Sastra LKis, 2009
ISBN: 978-979-1283-39-7
Bahasa: Indonesia
Jumlah halaman: 532 halaman
Jenis File: PDF
Besar file: 2,58Mb
Deskripsi:
Dari aneka macam macam firqoh yang ada, setidaknya sanggup ditarik menjadi dua kutub besar yang sering kali saling berhadap-hadapan: Islam puritan dan Islam moderat. Yang menarik, kaum puritan yang sering kali mengklaim diri sebagai modernis—sangat berambisi untuk “menyelamatkan” umat muslim dari “ketersesatan” dengan kembali pada tradisi kenabian. Mereka ulet melaksanakan propaganda biar umat Islam kembali mengakibatkan Nabi Muhammad sebagai panutan. Mereka mengecam taklid terhadap madzhab dan mengajak umat kepada sumber pokok aturan Islam: Al-Qur’an dan hadits.
Yang menjadi kegelisahan kemudian ialah dikala Al-Qur’an dan hadits dipakai dengan serampangan dan membabi buta, sedangkan perbuatan menjiplak nabi dan para sahabat dilakukan dengan letterlijk dan tanpa ukuran. Tak heran bila mereka lebih bahagia memanjangkan jenggot daripada meneliti perilaku keseharian dan adab nabi, atau perilaku toleran dan penghormatan nabi kepada orang yang berbeda pendapat maupun keyakinan. Dan, kalaupun usaha-usaha yang lebih serius tersebut dilakukan, kerap kali—sekali lagi mereka terjebak dalam kungkungan teks-teks turâts yang mati, tidak menafsirkannya dengan konteks yang ada. Atau terpenjara dalam kotak-kotak shahîh dan dha’if, hasan, dan maudhu’ …
Sementara itu, di antara kalangan muslim moderat, terdapat kecenderungan lain yang tak kalah menggelisahkan. Yakni, munculnya pemikir-pemikir bebas yang kadang terkesan asal-asalan, hanya mencari sensasi, asal berbeda dengan status quo, atau terkesan tanpa dasar pengetahuan yang kuat.
Terlepas dari perdebatan dua kubu tersebut, buku ini ingin mengajukan gagasan yang mungkin selama ini luput dari perhatian kita semua. Yakni, perihal cara pikir nabi. Bagaimanakah cara nabi berpikir sehingga ia sanggup menawarkan tanggapan yang berbeda untuk pertanyaan yang sama dikala pertanyaan tersebut dilemparkan oleh dua orang yang berbeda karakter? Bagaimana jalan pikir nabi sehingga suatu kali ia bersabda begini dan di kali lain bersabda begitu? Bagaimana ide-ide cemerlang meloncat dalam pikiran nabi sedemikian sampai dalam waktu kurang dari seperempat masa sudah berhasil meletakkan dasar-dasar yang besar lengan berkuasa bagi kecemerlangan peradaban Islam? Bagaimanakah cara nabi berpikir sehingga pikirannya tidak kebablasan dan menjadi kufur, misalnya?
Mungkin sebagian pembaca bertanya, apa benar nabi berpikir? Bukankah nabi selalu mendapat bisikan mistik dari Tuhannya? Bukankah kata-kata yang diucapkan oleh nabi merepresentasikan wahyu yang diterimanya? Tentu saja, Faoz Noor penulis buku ini telah menjawab pertanyaan-pertanyaan itu terlebih dahulu sebelum menguraikan panjang lebar bagaimana cara berpikir menyerupai nabi.
0 Comments