Cerita wacana pengorbanan seorang abang (Laisa) demi kesuksesan keempat adik tirinya (Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta). Juga cinta, semangat, kerja keras, dan doa kepada Tuhan. Namun, Tere-Liye mengemasnya dengan begitu cantik, apik, menyentuh, dan sangat manusiawi. Deskripsinya wacana keindahan alam Lembah Lahambay yang dikelilingi kerikil cadas setinggi lima meter, Gunung Kendeng, sungai, hutan rimba, dan kebun strawberry nyaris sempurna. Pembaca seakan-akan menyaksikan sendiri panorama-panorama tersebut di depan matanya, persis menonton sebuah film dengan alur maju-mundur yang begitu rapat.
Dalam novel ini kita dapat berguru banyak hal, selain yang di sebutkan di atas. Salah satunya yakni wacana takdir Tuhan, yaitu bahwa HIDUP, JODOH, REZEKI, dan MATI yakni sepenuhnya milik Allah. Manusia hanya dapat berikhtiar dan berdoa, tapi keputusan simpulan tetaplah di tangan Allah.
Kak Laisa, seorang pola dalam keluarga yang sudah terbiasa bekerja keras sesudah babak (ayah) nya meninggal alasannya yakni dimakan harimau Gunung Kendeng. Kak Lais, begitu dia dipanggil, mempunyai keterbatasan fisik. Tubuhnya pendek (ketika sampaumur hanya setinggi dada adik-adiknya), hitam, rambut kumal, dan gemuk serta dempal. Berbeda sekali dengan keempat adiknya yang tampan-tampan dan cantik. Ia mungkin tidak mempunyai kecantikan fisik yang didambakan oleh setiap lelaki, tetapi dia mempunyai kecantikan hati yang luar biasa yang mungkin bergotong-royong lebih diharapkan oleh semua lelaki.
Detail :
Judul : Bidadari-bidadari Surga
Pengarang : Tere-Liye
Penerbit : Republika
Tahun terbit : 2008 (cetakan I), 2010 (cetakan VI)
Tebal buku : vi + 368 halaman
Ukuran buku : 20,5 x 13,5 cm
Pengarang : Tere-Liye
Penerbit : Republika
Tahun terbit : 2008 (cetakan I), 2010 (cetakan VI)
Tebal buku : vi + 368 halaman
Ukuran buku : 20,5 x 13,5 cm
Download PDF : Google Drive
0 Comments