Senja Di Himalaya Karya Kiran Desai

 Senja di Himalaya ialah novel terjemahan dari The Inheritance of Loss karya penulis asal Senja di Himalaya karya Kiran Desai
Senja di Himalaya ialah novel terjemahan dari The Inheritance of Loss karya penulis asal India Kiran Desai. Kiran Desai lahir di India pada 1971 dan menghabiskan masa belajarnya di India, inggris dan Amerika. Kiran mempelajari penulisan kreatif di Columbia University. Novel pertamanya, Hullabaloo in the Guava Orchard, mendapat respon luas yang sangat baik, begitu pula novel keduanya ini.

Cerita perihal generasi muda India yang gamang, mencari jati diri diantara kontradiksi nilai-nilai barat dan timur, dan imbas sosial dan psikologis yang dirasakan oleh mereka alasannya ialah berada di wilayah ‘antara’ budaya barat dan timur.

Berita jelek itu datang. Sai tiba-tiba menjadi yatim piatu dan harus pindah dari asrama ke rumah kakek yang tak pernah dikenalnya, sang hakim. Di rumah bau tanah di kaki Gunung Kanchenjunga, Himalaya, itulah Sai mengenal Gyan, sang guru Matematika, dan jatuh hati kepadanya. Tetapi mereka kolam bumi dan langit, Sai yang berpendidikan barat dan Gyan yang sangat tradisional. Sang hakim yang awalnya khawatir kehadiran Sai akan merusak ketenangannya, kesannya malah teringat kepada masa mudanya, seorang perjaka India yang berusaha keras menjadi laki-laki Inggris, namun pada kesannya tak merasa menjadi bab dari apa pun.Di rumah itu pula tinggal jurus masak sang hakim. Putranya, Biju, barhasil pergi ke Amerika namun ternyata beliau harus mati-matian bertahan hidup sebagai imigran gelap di Kota New York, demi mewujudkan mimpi dan pujian sang ayah. Sampai saat terjadi kerusuhan di Kalimpong, dan ayahnya tak sanggup dihubungi, beliau tetapkan pulang ke India, ke negeri yang dulu tak sabar ingin ditinggalkannya.

“Hanya biskuit. Si tukang camilan cantik pergi menghadiri ijab kabul anak perempuannya.”

“Aku tidak mau biskuit.”

“Bisa-bisanya beliau pergi menghadiri sebuah pernikahan? Begitukah cara menjalankan bisnis? Dasar bodoh. Kenapa si juru masak tidak menciptakan sesuatu?”

“Gas habis, minyak tanah habis.”

“Lalu kenapa beliau tidak memakai kayu bakar? Semua juru masak usang bisa-bisa saja menciptakan camilan cantik yang lezat dengan menumpuk arang di sekitar kotak kaleng. Kau kira dulu mereka punya kompor gas, kompor minyak? Terlalu malas saja sekarang.”

Buku novel senja di Himalaya mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan buku novel yang lain yakni mempunyai daftar istilah India, mempunyai daftar istilah Non-India, mempunyai daftar nama orang dan buku tersebut juga mengandung banyak nilai-nilai positif yang sanggup diambil untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain mempunyai keunggulan, buku senja di Himalaya juga mempunyai banyak kekurangan yakni buku terjemahan tersebut masih mempunyai kata-kata yang sulit dimengerti sehingga tidak semua pembaca sanggup mengerti isi dari buku tersebut.

Buku ini disajikan untuk para pembaca yang mempunyai tingkat intelegensi yang berpengaruh sehingga sanggup memaknai buku tersebut. Buku senja di Himalaya ini mempunyai aneka macam nilai-nilai positif yang sangat bermanfaat. Buku novel ini memang layak untuk dibaca alasannya ialah dalam sejarahnya novel ini pernah memenangkan Man Booker Prize for Fiction 2006. Penghargaan untuk novel terbaik sepanjang tahun yang ditulis oleh warga negara di negara persemakmuran Inggris dan Irlandia dimana novel tersebut harus diterbitkan dalam bahasa Inggris dan tidak dipublikasikan sendiri.

Detail Buku :

Judul : Senja di Himalaya
Diterjemahkan dari The Inheritance of Loss
Penulis : Kiran Desai
Penerjemah: Rika Iffati Fariha
Penerbit : Hikmah
ISBN: 978-979-114-137-6
Baca - Download : Box.com

Post a Comment

0 Comments

close