Jenderal bau tanah yang selama 32 tahun berdiri kokoh di puncak tampuk pemerintahan negara Indonesia, telah mengucapkan kata “BERHENTI”, satu kata sakral yang mungkin telah sangat usang dinanti dengan penuh keputusasaan oleh para musuh-musuh politiknya. Ribuan bahkan jutaan rakyat turun ke jalan merayakan tamat sebuah periode yang dulu dikenal dengan nama Orde Baru. Para mahasiswa yang selama berhari-hari menduduki Gedung MPR/DPR melaksanakan sujud syukur. Tak urung airmata kebahagiaan menetes dari para demonstran putri. Seluruh stasiun televisi berlomba meliput lisan kegembiraan dari setiap penjuru pelosok negeri. Sebuah kenyataan yang menguak ironi, betapa seseorang yang dulunya dianggap pendekar pada masa awal pemerintahannya, sekarang telah bermetamorfosis musuh nomor satu di negeri yang dipimpinnya.
Namun Soeharto ialah Soeharto, sebuah eksklusif yang dikenal keras dan pantang menyerah. Mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden, apalagi oleh desakan pihak lain, tampaknya tidak mungkin dilakukan oleh Soeharto. Mereka yang mengenal Pak Harto, niscaya memahami bahwa dengan kekerasan hati yang dimilikinya, tak ada pihak lain yang dapat menggoyang dingklik kekuasaannya, kecuali dirinya sendiri.
Perilaku serta tindak-tanduk Soeharto selama menjabat sebagai presiden, tampaknya merupakan penegasan kembali atas kebenaran evaluasi sebagian orang wacana kekerasan hati (juga kepala) orang yang dulu dijuluki “Bapak Pembangunan” ini. Oleh R.E. Elson, profesor dari University of Queensland, Australia yang juga penulis buku Suharto: A Political Biography, ia dianggap sebagai sosok keras yang tak mengenal kata ampun. Di balik penampilan dan senyum ramahnya, Soeharto menyimpan kekerasan perilaku yang mampu menyingkirkan musuh-musuhnya keluar dari panggung politik selamanya. Meskipun dianggap bukan kreatif, Soeharto dinilai arif dalam memanfaatkan kesempatan dan mengarahkannya menjadi sebuah keuntungan.
Dengan huruf yang demikian kuat, tak ada satu pun pihak yang berani meramalkan kejatuhan Soeharto. Hingga hasilnya dikala itu tiba. Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia. Nah, apa yang bergotong-royong menciptakan Soeharto lengser?
Google Books
Google Books
Detail Buku :
Judul : Biografi Daripada SoehartoPenulis : A. Yogaswara
Penerbit : Media Pressindo
ISBN: 979‐222‐217‐0
Baca -Download : Google Drive
0 Comments