Buku ini mengisahkan seorang perempuan mulia yang memegang teguh akidah, bahkan hingga ketika pengecap api menjilat tubuhnya di tiang eksekusi penguasa zalim bergelar Fir’aun. Perempuan mulia ini, Asiyah, seorang Ratu Mesir, yang menanamkan dengan berpengaruh di dalam hatinya anutan Tuhan yang Satu seperti yang disampaikan oleh Nabi Yusuf A.S. Asiyah, perempuan mulia yang tak silau oleh gemerlap kekuasaan dan nikmat. Pada suatu waktu, ketika kembali sebagai Pembebas Mekah, Rasulullah Saw. mengatakan kepada para sobat mengenai empat perempuan hebat nirwana yang paling mulia, yaitu Khadijah putri Khuwalaid, Fatimah putri Muhammad, Asiyah putri Mudzahim, istri Fir’aun, dan Maryam putri Imran.
Kisah ini terbagi dalam dua bagian besar. Bagian awal disampaikan dalam bentuk kiasan lempeng-lempeng manuskrip yang mengisahkan Raja Akhenaten, penguasa Mesir yang bijaksana dan meyakini kebenaran ajaran Nabi Yusuf, beriman kepada Tuhan yang Tunggal. Keyakinan ini hasilnya menciptakan sentra pemerintahannya di Amarna luluh lantak oleh serangan pasukan musuh dari dalam kerajaannya sendiri yang ingin memulihkan kembali keyakinan terhadap banyak tuhan atau dewa. Bagian ini juga mengantarkan pembaca untuk mengenal tokoh-tokoh utama.
Bagian kedua menceritakan kisah Ratu Asiyah yang juga dikenal sebagai Yes atau Yes’a. Pembaca akan diajak menyelami perjalanan hidup Ratu Asiyah yang besar dalam didikan Apa, guru yang sangat dihormatinya, serta kedua pengiring setianya, Tahnem dan Sare. Bersama, mereka menjaga keimanan terhadap Tuhan yang Satu, seraya menyusun langkah menghadapi kelicikan dan pandangan haus kekuasaan Kepala Pendeta Haman dan Karonaim yang mengingkari asal-usulnya. Mereka yaitu empat sekawan dari masa kecil, Asiyah, Ra, Ha, dan Ka. Namun, pada hasilnya mereka berpisah jalan, saling berhadapan sebagai lawan.
Asiyah lalu ditakdirkan menjadi permaisuri Raja Ra. Sang Raja kelak bermimpi mengenai kelahiran seorang anak dari Suku Apiru yang akan menjatuhkannya dari singgasana. Seorang anak yang akan menjadi utusan-Nya. Mimpi ini berujung pada kegilaan berupa perintah membunuh setiap bayi laki-laki Apiru yang baru lahir. Namun, kuasa Illahi menentukan bahwa bayi masih merah yang dihanyutkan ke Sungai Nil oleh ibunya akan berjumpa ibu yang lain, Ratu Asiyah. Bayi ini yaitu Musa.
Inilah kisah Asiyah, Permaisuri Fir’aun. Keteguhan imannya menyerupai aliran Nil yang tak lelah menyusuri jalannya menuju samudera luas, walau segala rintangan menghadang... Inilah kisah seorang perempuan yang tak silau oleh harta dan kekuasaan...
Detail Buku:
Judul: Asiyah, Sang Mawar Gurun Fir’aunPenulis: Sibel Eraslan
Penerbit: Kaysa Media
ISBN: 978-979-1479-75-2
Baca-Download: Google Drive
0 Comments