Ada banyak alasan kenapa orang Indonesia ingin tau dengan Barack Obama. Namun boleh jadi ada dua alasan utama kenapa kita sangat ingin tahun wacana dia. Pertama, kekerabatan ia dengan Indonesia ternyata dekat sekali. Kedua, ia juga boleh dibilang bersahabat dengan Islam, agama secara umum dikuasai penduduk Indonesia. Kedua hal itu sudah cukup menciptakan orang Indonesia ikut terjangkit demam “Obama Mania” selama kampanye memilih siapa kandidat calon presiden AS dari Partai Demokrat untuk pemilu November 2008 yang akan datang. Bisakah Obama memenangi perlombaan itu? Seberapa besar kansnya? Apa ia didukung sumberdaya yang kuat?
Barack Obama dikala ini merupakan rising star politik AS. Popularitasnya mengukuhkan julukan “America’s Political Rock Star” (Rock Star Politik Amerika) yang disandang semenjak ia jadi salah satu pembicara utama di Konvensi Partai Demokrat, pada 27 Juli 2004. Waktu itu ia membawakan pidato The Audacity of Hope (Keberanian Berharap) yang monumental, dan lalu ia usung sebagai materi buku memoar politik serta tema sentral isu pencalonan dirinya sebagai kandidat presiden. Dalam sejumlah polling yang diadakan banyak sekali pihak, Obama kerap menduduki peringkat satu sebagai tokoh yang paling dibutuhkan menjadi presiden para pemilu 2008. Boleh dibilang, di atas kertas, kans Obama menjadi presiden cukup besar.
Untuk mengobati demam “Obama Mania”, terbitlah buku ini. Barack Hussein Obama: Kandidat Presiden Amerika yang punya "Muslim Connection" menyediakan informasi yang cukup utuh mengenai kehidupan sang Senator Amerika keturunan Afrika tersebut. Mula-mula buku ini membicarakan momentum politik yang tengah ia genggam, lantas kilas balik kehidupan dari kecil hingga menjadi politisi yang disegani, hubungannya dengan Indonesia dan Islam, dan terakhir membicarakan peluang ia memenangi pemilu.
Buku ini merupakan biografi terkenal yang dapat dijadikan acuan bagi pembaca yang ingin tahu siapa Barack Obama sebagaimana banyak diliput media massa dan menjadikan reaksi banyak orang. Buku ini menyediakan cukup banyak foto sehingga visualisasi pembaca juga bakal termanjakan, antara lain foto yang agak sulit diketahui umum alasannya yaitu begitu cepatnya pergantian gosip muncul di media massa. Misal, di sana ada foto ibu, bapak, ayah tirinya yang orang Indonesia, dan adik tirinya; foto keluarga besar ia dari pihak ayah di Kenya dan dari pihak ibu yang kulit putih orisinil Amerika, juga ketika masa remaja, mahasiswa, dan acara lain.
Latar belakang yang kaya budaya menciptakan kehidupan Barack Obama menarik sekaligus gampang menjadikan prasangka jelek yang dapat melahirkan vandalisme kalangan yang sinis dan berniat jelek terhadap dirinya. Dia lahir dari ibu orisinil Amerika dan ayah kandung yang tiba dari keluarga Muslim Kenya. Setelah cerai, ibunya menikahi laki-laki keturunan Jawa asal Jakarta, yang juga Muslim, dan mereka hidup kira-kira empat tahun tahun di Jakarta. Perkawinan tersebut memberi Obama adik tiri semata mayang. Masa-masa tinggal di Jakarta inilah salah satu bab unik yang menarik dieksplorasi, alasannya yaitu ia bekerjasama dengan orang Indonesia, budaya Islam, tetangga dan mitra sepermainan masa tahun 1970-an, juga masa kecil yang termasuk ramai oleh pengalaman. Kehidupan ibunya yang sederhana di Indonesia, ulet, sangat mementingkan pendidikan dan moral, juga diulas secara proporsional.
Buku ini disusun dari banyak informasi wacana Obama yang bertebaran di Internet, majalah yang meliputnya, juga buku lain, disertai penjelasan atas banyak sekali simpang-siur yang sering menciptakan pembaca sulit memilih kesahihannya. Misal soal agama. Banyak orang segera menyangka Barack Obama beragama Islam, padahal ia tegas menyatakan yaitu jemaat di gereja United Church of Christ, sebuah komplotan gereja Protestan. Soal kejujuran, Obama dinilai kurang terbuka menyerupai apa persis kehidupan masa cukup umur dan kuliahnya, yang seperti sangat kritis dan membentuk dirinya menyerupai sekarang. Dreams From My Father, autobiografi Barack Obama, meski dipuji-puji banyak kalangan dinilai tetap punya sisi-sisi yang agak kurang transparan, bahkan ada pihak yang menilai ia ingin menonjolkan diri.
Penyajian informasi yang rapi dan penyusunan yang berimbang berhasil melahirkan buku wacana Obama yang secara keseluruhan dapat memuaskan rasa ingin tahu pembaca. Nuansa yang tampak menonjol dari buku ini ialah perilaku optimisme dan tanpa pamrih yang lahir dari langsung Obama. Betapa sejumlah kesulitan hidup, problem identitas diri, upaya memperbaiki diri, dan gairahnya besar untuk sama-sama terus berbuat baik. Semangat itulah yang ia pancarkan dalam pendidikan, meniti karir politik, dan melayani masyarakat. Terhadap politik saja, Obama dari dulu bersikap santai. Kekuasaan, jabatan, juga efek bukan segala-galanya bagi dia. Dia juga pernah mengalami kegagalan politik di tingkat awal, termasuk bahwa tawaran programnya di Senat ada saja yang dianggap sepi oleh sesama kolega.
0 Comments