Beberapa puisi ditulis dikala Rendra bersekolah di dingklik Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengan Atas yang ternyata tersimpan di tangan sahabat kentalnya, D. S. Mulyanto2. Sahabat inilah yang mula-mula mengirimkan puisi-puisi itu ke koran dan majalah. Rendra senang, karena sehabis dimuat ternyata ia menerima honorarium. Itulah pengalaman pertama yang meneguhkan pilihannya menjadi penyair. Dari mana Willy, nama kecil Rendra, lancar menulis puisi? Ternyata terbantu oleh kebiasaan kekerabatan keluarganya. Seperti pernah diceritakan Rendra kepada kami, muridnya di Bengkel Teater, dalam lingkungan keluarga Jawa berdarah biru, selalu ada waktu tertentu mengadakan pertemuan antarkeluarga. Di tengah mereka berkumpul sering diminta satu per satu untuk menembang secara spontan. Ini lebih diutamakan kepada bawah umur atau anggota keluarga yang masih muda. Semua mata segera tertuju kepada anak yang ditunjuk oleh para tetua. Maka, anak itu segera menembang menentukan caranya sendiri—dalam Bahasa Jawa Kuna/klasik—dengan lirik yang dikarang dikala itu juga. Semua menikmati dengan penuh keceriaan dan kekaguman. Di panggung kecil inilah Willy selalu menonjol. Pada usianya yang gres lima tahun, bakatnya menemukan lirik secara spontan, diakui keluarga.
Tahun 1957 terbit buku puisinya yang pertama Ballada Orang-orang Tercinta. Dari buku yang mengisahkan orang-orang yang terpojok ini Rendra mendapat Hadiah Sastra Nasional dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) dan juga memperoleh permintaan dari salah satu organisasi kemahasiswaan untuk mengikuti kunjungan ke negara-negara Timur di dunia. Dan, pulang membawa setumpuk puisi yang belakangan terbit dengan judul Sajak-sajak Sepatu Tua. Selama perjalanan bersama para mahasiswa itu Rendra memperoleh pengalaman penting dalam hidupnya.
Detail Buku:
Judul: Puisi-puisi CintaPenulis: W.S. Rendra
Penerbit: Bentang Pustaka
ISBN 978-602-291-114-2
Baca-Download PDF: Google Drive
0 Comments