Lenin. Stalin And Hitler The Age Of Social Catastrophe Penulis Robert Gellately

 Stalin and Hitler The Age Of Social Catastrophe Penulis Robert Gellately Lenin. Stalin and Hitler The Age Of Social Catastrophe Penulis Robert Gellately
Detail Buku:
Judul: Lenin. Stalin and Hitler: The Age Of Social Catastrophe
Penulis: Robert Gellately
Alih Bahasa: Rina Buntaran, Fairano Ilyas
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2011
ISBN: 978-979-22-6729-7
Bahasa: Indonesia
Jumlah halaman: 922 halaman
Jenis File: PDF
Besar file: 8,0Mb

Deskripsi:

“Sebuah penuturan yang sangat mengesankan ihwal tragedi-tragedi yang menimpa dunia selama 50 tahun pertama masa ke-20. Kehebatan buku ini tak menyerupai karya-karya kebanyakan sejarawan lain yang memperlakukan Lenin sebagai idealis berniat baik yakni Robert Gellately menempatkan Lenin di sisi Stalin dan Hitler sebagai pendiri barbarisme modern.” -RICHARD PIPES, Baird Professor of History Emeritus, Harvard University

***

Nama-nama Lenin, Stalin, dan Hitler akan selamanya dikaitkan dengan arah tragis sejarah Eropa pada paruh pertama masa ke-20. Hanya beberapa ahad sesudah Revolusi Rusia, Bolshevik membuat kekuatan polisi belakang layar yang jauh lebih brutal dibanding yang pernah ada di bawah kekuasaan tsar. Nazi mengikuti dan tak usang sesudah berkuasa mendirikan Gestapo yang ditakuti. Di bawah kedua rezim itu, jutaan orang dipenjarakan di kamp konsentrasi, daerah mereka disiksa dan diperbudak hingga mati. Nazi membuat kamp- kamp yang diperlengkapi untuk pembunuhan massal jutaan wanita, pria, dan anak menurut kriteria rasial yang bersifat praduga.

Para diktator Soviet dan Nazi itu sendiri yakni produk perubahan struktural yang dipicu oleh Perang Dunia I. Sebelum 1914, mereka hanyalah orang biasa yang sama sekali tidak berpeluang memasuki kancah politik. Hanya dalam mimpilah mereka dapat membayangkan diri sebagai penguasa yang besar lengan berkuasa dan pemimpin pergerakan massal. Namun, begitu “monster perang” dikobarkan pada tahun 1914, krisis sosial dan politik yang me-nerpa seluruh Eropa membuka peluang yang sama sekali gres bagi para radikal serta utopis.

Setiap sudut Eropa terjangkiti bencana yang menyelimuti be- nua itu selama tiga dasawarsa berikutnya. Ada dua perang dunia, Revolusi Rusia dan perang saudara, penggulingan kekuasaan oleh pengikut Fasis di Italia, naiknya Nazi ke tampuk kekuasaan, dan Holocaust (pembantaian orang Yahudi oleh Nazi). Selain itu, ada banyak sekali pemberontakan dan kudeta. Energi gelap yang dipancarkan oleh kebencian, ketakutan, dan ambisi memicu pembunuhan besar-besaran. Jauh lebih banyak kaum militer, dan lebih banyak lagi orang sipil, yang dibantai dibandingkan dalam periode sejarah lain. Buku ini berfokus pada dua kekuatan utama dikala itu, Uni Soviet dan Jerman Nazi, tapi menganalisis bencana itu secara global supaya dapat mengupas ciri ideologis dan politisnya yang berskala besar. Dari perspektif itu kita dapat melihat bahwa semua bencana yang dialami Eropa itu sama sekali bukan insiden yang saling terpisah. Semua saling terkait dan merupakan bab dari persaingan sengit antara Komunis dan Nazi dalam perebutan dominasi dunia.

Lenin, Stalin, dan Hitler menuturkan malapetaka sosial dan politik kolosal yang menimpa Eropa antara tahun 1914 dan 1945. Dalam sebuah periode yang nyaris terus bergolak, masyarakat mengalami transformasi oleh dua perang dunia, Revolusi Rusia, Holocaust (pembantaian orang Yahudi oleh Nazi), dan kebangkitan serta kehancuran Third Reich (negara fasis Jerman di bawah pemerintahan Nazi).

Menurut  Robert Gellately, semua bencana itu sangat saling berkaitan dengan tiga tokoh utama di periode itu—Lenin, Stalin, dan Hitler. Pemerintahan diktator mereka dikupas dari sisi sosial dan sejarah, dan kesamaan serta perbedaan ketiganya dicatat dengan cermat. Buku ini menelusuri eskalasi konflik antara Komunisme dan Naziisme, khususnya peranan kebencian Hitler pada apa yang disebutnya “Bolshevisme Yahudi”.

Lenin, Stalin, dan Hitler  menunjukkan betapa persaingan sengit antara Stalin dan Hitler kesudahannya memicu perang pemusnahan dan genosida. Gaung pergolakan raksasa itu masih dirasakan di mana-mana hingga dikala ini.




Post a Comment

0 Comments

close