Sesuai dengan nama kategorinya, saya berharap Buku Digital ini memberi Inspirasi bagi sobat semua.
Berikut resensinya yang saya potong dari http://rumahbaca.wordpress.com/2008/01/29/the-air-asia-story/.
Buku Digital ini mengisahkan perjalanan Air Asia menuju suksesnya menjadi maskapai berskala regional. Namun cerita ini juga sanggup dibaca sebagai usaha seorang Tony Fernandes, sang pemilik dan pemimpin maskapai ini.
Kisah dimulai dari ketika Tony Fernandes, Wapres Times Warner Music Southeast Asia, memutuskan untuk beralih dari bisnis musik ke bisnis penerbangan. Dunia yang memang pernah diimpikannya. Pilihannya pada konsep penerbangan murah diilhami oleh easyJet, Ryanair di Eropa, kemudian pendahulu mereka yaitu Southwest Airlines di AS. Saat tawaran konsep penerbangan murah diajukan kepada Perdana Menteri Malaysia, waktu itu Dr. Mahathir Mohamad, dia mendukung, tetapi syaratnya harus mengakuisisi maskapai yang ada, alasannya ijin gres telah ditutup. Ini merupakan tantangan awal.
Namun tidak berapa usang Tony sanggup kabar bahwa Asia Air yang awalnya milik seorang darah biru kaya Malaysia sedang menuju kebangkrutan, akan dijual. Maka, dengan hanya 1 Ringgit Malaysia (Rp 2500) maskapai itu dibeli. Untuk itu dia sanggup dua pesawat Boeing 737-300, tapi harus menanggung hutangnya yang hampir Rp 100 milyar.
Konsep penerbangan murahnya ternyata berhasil. Dalam waktu tujuh bulan (Desember 2002) dia sudah memperoleh pemasukan Rp 282,5 milyar, membukukan laba Rp 48,5 milyar, dengan 1,1 juta penumpang.Dengan sukses ini tantangan yang menghadang di depan yakni persaingan dengan Malaysia Air Service (MAS), maskapai milik pemerintah Malaysia, menyerupai Garuda di Indonesia. Untuk itu Tony menentukan untuk membuka rute penerbangan regional, ke Thailand dan Indonesia. Dan ini tantangan yang tidak mudah. Berbagai taktik dan cara dia tempuh sampai alhasil berhasil. Ini terjadi sehabis dia mendirikan perusahaan Air Asia Thailand, yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Thaksin, Perdana Menteri Thailand dikala itu.
Untuk masuk ke Indonesia Air Asia ‘beruntung,’ alasannya dikala itu ada Awair yang kebetulan diambang kebangkrutan. Tony membelinya sebagai ‘pintu masuk’ ke Indonesia. Dengan demikian maka tercapailah tujuannya menjadi maskapai penerbangan murah skala regional. Tapi itu belum komplit tentunya sebelum Air Asia sanggup masuk Singapura, hub internasional di wilayah ini.
Sebelum masuk ke Singapura, Tony masih harus memantapkan posisinya di Malaysia sendiri. Sebagai maskapai penerbangan murah (LCC) efisiensi yakni hal pokok. Karena itu Air Asia perlu punya lapangan terbang sendiri yang biaya operasinya juga murah. Tony berencana membangun bandara Subang yang letaknya tak jauh dari Kuala Lumpur. Tapi keinginan ini pribadi ditentang oleh pengelola dan serikat pekerja Kuala Lumpur International Airport (KLIA), alasannya akan mengancam impian KLIA menjadi sentra (hub) regional, bersaing dengan Changi Airport, Singapura. Setelah melalui usaha yang alot dengan Kementerian Perhubungan, alhasil Air Asia menerima terminal khusus di KLIA.
Walau kurang happy, alasannya kepadatan jadwal penerbangan menciptakan banyak waktu pesawat menunggu, yang berarti pemborosan materi bakar. Tapi apa boleh buat.Persaingan atau kadang konflik dengan MAS tak sanggup dihindarkan. Bisa diperkirakan MAS niscaya cemburu dengan kehadiran pesaing. Walaupun Tony berkali-kali menyatakan bahwa pangsa pasarnya berbeda, alasannya dia fokus pada kelas yang sebelumnya tidak membayangkan dirinya naik pesawat terbang. Maka tatkala MAS juga membuka penerbangan murah, dia teriak. Dia menyatakan itu tidak fair, alasannya MAS kan menerima subsidi pemerintah.
Tapi usaha yang paling seru yakni bagaimana Air Asia sanggup masuk Singapura. Ini yakni usaha panjang yang alhasil dimenangkannya. Walau faktor eksternal turut mendukung, terutama dengan masuknya saham Temasek, perusahaan holding milik pemerintah Singapura, ke Air Asia Thailand, sehabis Thaksin runtuh.
Lalu apa kiat Air Asia sehingga sanggup menjual tiket Jakarta-Surabaya dengan harga Rp 5000, dan banyak sekali tawaran murah yang diiklankan periodik di beberapa surat kabar dan websitenya yang multi bahasa itu? Ternyata itu kiat sederhana saja, yang entah kenapa hanya Air Asia yang melakukan, atau yang pertama. Yaitu, menjual dingklik yang berdasarkan statistik rute dan waktunya, memang kemungkinan besar kosong. Kaprikornus kalau tidak dijual murah juga kosong. Lha kenapa tidak dijual murah via internet, sebagai sarana promosi.
Membaca buku ini serasa bukan membaca cerita maskapai penerbangan, tapi cerita Tony Fernandes sendiri. Ada semangat menggebu dan pantang menyerah, keberanian ambil risiko, selalu ingin menjadi yang pertama. Juga kejeliannya dalam beriklan, selain promo harga tiket murah, juga mengasosiasikan Air Asia dengan Manchester United (MU), yang sama-sama memakai warna merah, dengan cara menjadi sponsor sentra latihan MU di Trafford, UK.
Judul : The Air Asia Story (Kisah Maskapai Tersukses di Asia)
Pengarang : Sen Ze, Jayne Ng
Bahasa : Indonesia
Jumlah Halaman : 204
Format : Digibook
File Size : 1.28 MB
0 Comments